Batam, 24 April 2024 – Inspektur Wilayah (Irwil) I, Ika Yusanti didampingi oleh Kepala Divisi Adminstrasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepri (Kanwil Kemenkumham Kepri), Kaswo menyambangi Balai Pendidikan dan Pelatihan Hukum dan HAM Kepulauan Riau (Badiklat Kepri). Kunjungan ini merupakan rangkaian program IRWIL BERISI. IRWIL BERISI atau Inspektur Wilayah Aktif Mendengar untuk Memberikan Solusi merupakan program yang diusung oleh Inspektorat Jenderal Kemenkumham berupa diskusi yang membahas mengenai permasalahan dan kendala yang ada di Lingkungan Kemenkumham ataupun satuan kerja sekaligus memberikan solusi dari setiap permasalahan yang ada.
Dalam kunjungannya kali ini, Ika Yusanti meninjau sarana dan prasarana yang terdapat di Badiklat Kepri sebagai persiapan pengusulan Badiklat Kepri untuk meraih predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK). WBK dapat diartikan sebagai predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang telah berhasil melaksanakan reformasi birokrasi dengan baik, yang telah memenuhi sebagian besar kriteria proses perbaikan pada komponen pengungkit serta mewujudkan pemerintahan yang bersih dan akuntabel serta pelayanan publik yang prima. Ika Yusanti menjelaskan bahwa terdapat 3 tujuan dari pembangunan Zona Integritas (ZI) menuju WBK antara lain agar tata kelola pemerintahan yang aktif, efisien, dan berkinerja tinggi. Kemudian yang kedua adalah untuk menjamin bahwa Satuan Kerja terbebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, dan yang terakhir adalah meningkatkan pelayanan publik.
“dari 3 tujuan pembangunan ZI yang paling mudah terlihat adalah Pelayanan Publik, maka benahi pelayanan publik agar pelayanan publik sesuai dengan SOP yang berlaku dan berorientasi kepada masyarakat luas”tambahnya.
Ika Yusanti juga menyoroti proses pembelajaran pada Badiklat Kepri. Ika Yusanti meminta kepada Badiklat Kepri agar dalam menghadapi era modern dengan tuntutan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) yang makin beragam dan tuntutan untuk menciptakan ASN yang berkompeten sehingga dapat bersaing dengan perkembangan zaman diperlukan pola pemikiran “out of the box”. Metode pelatihan yang sudah ada harus bisa mengimbangi perkembangan zaman agar tidak ketinggalan, maka dari itu harus ada ruang pembelajaran formal dan informal agar proses pembelajaran menjadi tidak kaku.
Ika Yusanti juga berpesan agar inovasi-inovasi yang telah dilaksanakan harusnya menjadi jawaban atas potensi-potensi resiko, sehingga resiko yang ada dapat diminimalisir ataupun dapat dihilangkan dengan penerapan inovasi tersebut. “Evaluasi inovasi yang telah dilaksanakan secara berkala, libatkanlah pengguna layanan inovasi dalam evaluasi tersebut. Evaluasi inovasi dapat menggunakan metode survei, sehingga pemanfaatan inovasi oleh pengguna layanan dapat secara langsung diketahui dan ditindaklanjuti demi perbaikan-perbaikan kedepannya” Ujar Ika yusanti sekaligus mengakhiri kunjungan ke Badiklat Kepri.